Jakarta (sumber: SuaraMedia News) - Untuk kesekian kalinya, Indonesia menjadi korban pengeboman yang menggunakan modus bom bunuh diri. Terakhir, dua hotel berbintang di kawasan Mega Kuningan, Jakarta yang menjadi sasaran bom itu. Namun, ini tidak berarti Indonesia adalah sarang teror dan teroris. Indonesia hanyalah korban.Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Muzadi, mengatakan Indonesia merupakan korban dari jaringan teror global. Menurut dia, ini yang harus diluruskan di mata dunia. “Teror itu biasanya datang dari luar. Bisa itu dilakukan sendiri, bisa saja melalui doktrin. Indonesia victim global teror!” katanya dalam acara Doa Bersama Lintas Agama, di Belagio Mall, Jakarta, Senin ( 20/7 ).
Dia mengatakan
ini ditunjukkan oleh beberapa indikator, antara lain modus dan latar belakang
pengeboman. Bom bunuh diri, lanjutnya, bukan karakteristik bom di Indonesia.
“Ada
karakteristik yang membuktikan Indonesia is a victim, teror bunuh diri is not
Indonesian characteristic. Selain itu, jika dilihat pemikirannya, bukan dari
Indonesia. Bom yang dilakukan bukan karena motif politik dan ekonomi. Pikiran
itu dari luar, fanatisme,” tuturnya.
Jika benar teror
ini dari luar, dia yakin teror ini akan terus berlangsung. Apalagi jika tidak
ada ketegasan keamanan. Oleh karena itu, dia meminta agar kasus ini jangan digeneralisasi.Dia
juga mengingatkan kepada seluruh umat beragama, muslim khususnya, jihad itu
bukanlah teror dan teror bukanlah jihad. Sebab, selama ini, jihad selalu
diidentikkan dengan teror. Padahal, sambungnya, pengertiannya berbeda.
“Teror tidak sama
dengan jihad. Indonesia juga tidak lahir dari kekerasan,” pungkasnya.
“Ke depan, begitu
ada bom, tolong beritahu dulu, ini bukan dari agama. Teror is criminal, must be
judge by the justice,” pungkasnya.
Ketua PB
Nadlathul Ulama, Hasyim Muzadi, menyatakan teror bukanlah ajaran agama Islam
ataupun agama lainnya. Teror yang dilakukan oleh teroris dinilai bukanlah
mewakili agama yang dianutnya.Menurut Hasyim, teror ini adalah suatu
kesalahpahaman dan salah interpretasi terhadap ajaran agama. Karena kesalahan
itu, lanjut Hasyim, maka ada penyalahgunaan
agama. Karena itu, lanjut Hasyim, aksi terorisme hendaknya tidak
ditafsirkan sebagai ajaran agama.
“Kalau ada orang
Islam yang melakukan teror, itu bukan mewakili agamanya. Begitu pula orang
Kristen,” ujar Hasyim yang juga menyampaikan rasa belasungkawa terhadap korban
dan keluarga korban.Hasyim pun meminta kepada semua pihak agar tidak mengaitkan
teror dengan agama. Menurut Hasyim, tidak ada perbedaan terhadap agama di dunia
terhadap terorisme. Hasyim juga memuji tindakan pemerintah Indonesia yang tetap
menghadapi terorisme dengan hukum.
“Karena jika
mengatasi teror dengan teror maka akan menghasilkan teror baru,” jelasnya.
0 Comments:
Post a Comment